Setelah sukses menggelar tradisi Nyadran pada Ahad (23/2/2025), warga RT 6 Padukuhan Bedog langsung bergerak cepat untuk membongkar tratag yang digunakan dalam acara tersebut. Kegiatan yang berlangsung di sekitaran makam ini berjalan dengan penuh kebersamaan dan gotong royong.
Begitu acara doa dan makan bersama selesai, warga tanpa menunda waktu mulai membongkar tratag dan merapikan area sekitar. Tratag yang digunakan untuk meneduhkan peserta selama acara segera diturunkan dan dilipat dengan rapi. Semua peralatan yang sebelumnya digunakan dalam acara tersebut langsung dikumpulkan dan dibawa ke gudang peralatan RT 6.
Yitno, selaku bidang sarana dan prasarana (sarpras) RT 6, memimpin langsung proses penyimpanan perlengkapan. Ia dengan teliti menghitung dan memeriksa setiap peralatan agar tidak ada yang tercecer atau tertinggal. “Kami pastikan semua alat sudah terkumpul dan tersimpan dengan baik, sehingga bisa digunakan lagi di kegiatan berikutnya tanpa kendala,” ujarnya.
Proses pembongkaran dan penyimpanan peralatan berlangsung dengan lancar, berkat kerja sama warga yang saling bahu-membahu. Para pemuda dan orang tua ikut serta dalam kegiatan ini, menunjukkan semangat kebersamaan yang masih sangat kental dalam kehidupan masyarakat di RT 6.
Salah satu warga, Sudiyono, mengapresiasi kekompakan warga dalam menyelesaikan tugas ini. “Kami selalu bekerja sama dalam setiap acara. Tidak hanya saat persiapan, tetapi juga setelah acara selesai, semua turun tangan membantu beres-beres,” katanya.
Tradisi Nyadran di Padukuhan Bedog tidak hanya menjadi ajang doa bersama dan silaturahmi, tetapi juga memperkuat nilai gotong royong di tengah masyarakat. Dengan penyimpanan peralatan yang tertata rapi, diharapkan kegiatan serupa di masa mendatang bisa berjalan lebih mudah dan efisien. Semangat kebersamaan ini menjadi bukti bahwa budaya tradisional tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat modern.


